Kamis, 22 April 2010

PENGARUH PEMBELAJARAN TEKNIK LEMPARAN DAN KEMAMPUAN MOTORIK TERHADAP HASIL BELAJAR PITCHING

PENGARUH PEMBELAJARAN TEKNIK LEMPARAN DAN

KEMAMPUAN MOTORIK TERHADAP HASIL

BELAJAR PITCHING

Oleh : Kus Suhardi

Abstrak : Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perbedaan pengaruh antara pembelajaran teknik lemparan windmill jumping dan pembelajaran teknik lemparan windmill terhadap hasil belajar keterampilan pitching untuk mahasiswa yang memiliki kemampuan motorik yang berbeda.

Hipotesis yang diajukan adalah : Pertama, secara keseluruhan hasil belajar keterampilan pitching kelompok mahasiswa yang diajar dengan pembelajaran teknik lemparan windmill jumping lebih baik dari pada kelompok mahasiswa yang diajar dengan pembelajaran teknik lempaan windmill. Kedua terdapat pengaruh interaksi antara pembelajaran teknik lemparan dengan kemampuan motorik terhadap hasil belajar keterampilan pitching. Ketiga, bagi kelompok mahasiswa yang memiliki tingkat kemampuan motorik tinggi, kelompok yang diajar dengan pembelajaran teknik lemparan windmill jumping lebih baik dari pada kelompok yang diajar dengan pembelajaran teknik lemparan windmill. Keempat, bagi kelompok mahasiswa yang memiliki tingkat kemampuan motorik rendah, kelompok yang diajar dengan pembelajaran teknik lemparan windmill lebih baik dari pada kelompok yang diajar dengan pembelajaran teknik lemparan windmill jumping.

Penelitian ini dilakukan di Unit Kegiatan Mahasiswa Softball-Baseball UPI. Metode penelitian yang digunakan adalah eksperimen dengan rancangan desain factorial 2x2. Jumlah sample seluruhnya 20 orang. Hasil belajar keterampilan pitching Diukur dengan Tes Kecepatan dan Ketepatan. Teknik analisis yang digunakan adalah Analysis of Varians (ANOVA) dua arah yang dilanjutkan dengan uji Tuckey pada taraf signifikansi α = 0,05.

Penelitian menyimpulkan bahwa : Pertama, secara keseluruhan tidak terdapat perbedaan hasil belajar keterampilan pitching antara yang menggunakan pembelajaran teknik lemparan windmill jumping dengan yang menggunakan pembelajaran teknik lemparan windmill. Kedua, pengaruh interaksi antara pembelajaran teknik lemparan dengan kemampuan motorik terhadap hasil belajar keterampilan pitching. Ketiga, bagi mahasiswa yang memiliki tingkat kemampuan motorik tinggi, kelompok yang diajar dengan pembelajaran teknik lemparan windmill jumping lebih baik dari pada kelompok yang diajar dengan pembelajaran teknik lemparan windmill. Keempat, bagi mahasiswa yang memiliki tingkat kemampuan motorik rendah, kelompok yang diajar dengan pembelajaran teknik lemparan windmill lebih baik dari pada kelompok yang diajar dengan pembelajaran teknik lemparan windmill jumping.

1. Pendahuluan

Permainan softball merupakan cabang olahraga yang cukup populer Indonesia, hal ini terlihat dengan semakin banyaknya perkumpulan-perkumpulan softball di kota-kota besar maupun di daerah-daerah. Selain itu juga minat para generasi muda terhadap cabang olahraga ini, baik di perguruan tinggi, sekolah-sekolah semakin menunjukkan perhatian yang tinggi. Hal ini tentu sangat mempengaruhi untuk pembinaan dan prestasi dimasa yang akan datang.

Menurut pengamatan penulis, pada Asian Men's Softball Championship di Kitakyushu Jepang pada tahun 2006, ketika tim Jepang mengalahkan tim Filipina di final nampak sekali perbedaan yang nyata yakni keunggulan pitcher-pitcher Jepang. Begitu juga keberhasilan tim Indonesia saat mengalahkan tim Hong Kong yang begitu dramatis sehingga tim Indonesia untuk pertama kalinya lolos kualifikasi untuk Kejuaraan Dunia di Canada tahun 2008 yang menduduki ranking 3. Ini membuktikan bahwa pitcher-pitcher Indonesia mengalami banyak kemajuan dalam hal pithing yang mampu mengatasi atau menahan penyerangan dari tim Hong Kong.

Setiap cabang olahraga mempunyai karakteristik yang berbeda, ciri dari permainan softball dapat dilihat dari sifat permainan, teknik-teknik gerak, peraturan permainan dan perlengkapan yang digunakan. Softball adalah permainan cepat dan tepat artinya permainan ini memerlukan kecepatan dalam berlari, kecepatan dalam memukul, ketepatan dalam melempar dan memukul bola, kelincahan dalam menangkap dan menguasai bola dalam lapangan, begitu juga seorang pitcher harus mampu melemparkan bolanya secara cepat dan tepat pada sasaran.

Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa posisi pitcher-lah yang memegang peranan penting yang paling dominan untuk mematikan serangan dari tim lawan. Hal ini sejalan dengan pendapat Kneer dan Cord (1976:36) dalam buku Softball Slow and Fast Pitch, menjelaskan tentang peranan penting seorang pitcher yaitu sebagai berikut “The pitcher is crucial to success in softball. The Initiation of activity begins with the pitcher and probably seventy five percent of winning will defend upon pitching. Dari kutipan tersebut diatas jelas bahwa seorang pitcher mempunyai peranan yang sangat tinggi dalam mematahkan serangan lawan. Pitching dapat dilakukan dengan beberapa bentuk lemparan, Kneer dan Cord (1976:37) dalam buku yang sama mengemukakan bahwa bentuk lemparan yang lazim dilakukan pitcher yaitu : Most pitchers use a windmill or a slingshot type of delivery. Dalam teknik lemparan windmill dikenal ada dua cara yaitu teknik lemparan windmill dan teknik windmill jumping, dari kedua teknik ini merupakan suatu gerak rotasi yang berpangkal pada bahu, lengan dan kekuatan lecutan pergelangan tangan. Berbeda dengan teknik windmill jumping selain dari faktor diatas gerakan ini mempunyai keunggulan yaitu dengan adanya pengerahan kekuatan yang besar akibat melangkah jauh kedepan sehingga mengahasilkan impuls yang besar dan gaya momentum kedepan. Untuk menjadi seorang pitcher yang terampil, pemain yang bersangkutan haruslah mempunyai kemampuan motorik atau kemampuan kecakapan gerak yang tinggi dan struktur tubuh yang cocok. Jadi dalam hai ini proses pembelajaran seorang pitcher itu dipengaruhi oleh faktor ekternal dan internal, seperti yang diungkapkan oleh Rusli Lutan dalam buku Belajar Keterampilan Motorik Pengantar Teori dan Metode adalah sebagai berikut : Kondisi internal mencakup karakteristik yang melekat pada individu, seperti tipe tubuh, motivasi, atau atribut lainnya. Sedangkan kondisi eksternal mencakup faktor-faktor yang trdapat diluar individu yang memberikan pengaruh langsung atau tidak langsung terhadap penampilan gerak sesorang. Sehubungan dengan hal ini yang dimaksud dengan faktor internal adalah kemampuan gerak individu. begitu juga diungkapkan oleh Dell Bethel (1987:22) dalam Petunjuk Lengkap Softball dan Baseball, mengemukakan sebagai berikut : “…. Khusus untuk seorang pitcher harus memiliki kecakapan kemampuan gerak yang tinggi dan dicairkan orang-orang yang badannya tinggi, besar dan perkasa. Seorang pitcher harus memiliki lengan yang panjang, lentur dan kuat. Dia harus pandai mengkoordinasikan lengan, bahu berikut badannya.” Dari kutipan tersebut, dapat dijelaskan bahwa untuk menjadi seorang pitcher yang terampil diperlukan kemampuan kecakapan gerak yang tinggi, artinya pitcher harus menguasai dan memiliki komponen gerak yaitu agilitas, fleksibilitas yang tinggi, stamina, power, kecepatan, koordinasi dan keseimbangan. Hanya dengan kondisi fisik yang baik, pitcher atau atlit akan merasa siap dalam melakukan latihan atau pembelajaran yang diaplikasikan dalam setiap pertandingan yang harus mampu melempar secara cepat dan tepat ke daerah strike zone selama 7 inning atau lebih, keseluruhan gerak pitching ini harus mengkoordinasikan gerakan seluruh anggota tubuhnya, baik lengan, bahu, pinggul, badan maupun kakinya. Kesemua komponen gerak tersebut harus mutlak dipunyai oleh seorang atlit pada umumnya dan pitcher khususnya.

Dari uraian tersebut diatas, pembelajaran teknik tersebut dapat dikembangkan dan disesuaikan dengan kemampuan motorik dari tiap individu. Teknik lemparan pitching sampai saat ini yang lebih dominan dipakai adalah pembelajaran teknik lemparan windmill dan windmill jumping. Dalam tulisan ini, penulis ingin mempelajari dan mengembangkan pembelajaran teknik lemparan yang disesuaikan dengan kemampuan motorik tiap individu.

2. Kajian Literatur

2.1 Hakikat Pembelajaran Teknik Lemparan.

2.1.1 Hakikat Teknik Lemparan Windmill

Berdasarkan pendapat para ahli, beberapa hal yang dianggap penting dalam melakukan pitching windmill dan windmill jumping terbagi dalam beberapa tahap, yaitu sebagai berikut : Sikap Berdiri (stance), seorang pitcher harus berdiri diatas dengan kedua kaki menginjak pitcher’s plate. Sikap badan menghadap ke pemukul, sebagai patokan bahu kiri mengarah ke base satu, bahu kanan mengarah ke base tiga. Langkah (stride) cara melangkah sebelum pitcher melemparkan bola yang dimulai dengan memindahkan berat badan ke kaki depan (kaki kanan bagi yang bukan kidal) kemudian melangkahkan kaki belakang (kaki kiri) ke depan, sehingga bahu kiri menghadap ke arah catcher, kedua lengan ditarik kedepan dada sebagai awalan untuk melakukan wind up atau putaran lengan. Sedangkan ujung kaki kanan menekan pitcher’s plate, hal ini berfungsi sebagai poros atau penumpu. Gerakan lengan (arm action), gerakan lengan dimulai dengan memutarkan tangan yang memegang bola (lengan kanan) ke depan atas kepala, pada saat memutar, lengan harus menyentuh telinga, putaran lengan ini berpusat pada bahu yang dipengaruhi dua gaya yaitu gaya sentripetal yang mengarah ke pusat putaran dan gaya sentrifugal yang mengarah menjauhi pusat lemparan yang diakibatkan dari adanya gerak anguler atau gerak rotasi lengan yang disertai dengan melangkahkan kaki kiri kedepan kaki tumpu. Pada saat pitcher memutarkan lenga kanannya ke belakang untuk mengambil ancang-ancang da mengayunkan kedepan untuk melemparkan bola, posisi tangan yang memegang bola harus dalam keadaan hyperextensi, kemudian dilecutkan kea rah fleksi yang bersamaan dengan bola dilepas lurus kedepan (strike zone), sedangkan jari-jari tangan yang memegang bola hanya bergerak kearah oposisi sambil melepaskan bola gerakan jari-jari tangan akan mengikuti pergelangan tangan kearah fleksi. Yang berkontraksi pada gerakan ini adalah otot-otot disekitar bahu yaitu flexor carfiradialis dan palmaris longus dan gerakan sendi flexion serta kontraksi otot jari-jari tangan yaitu extesor digitorium yang menghasilkan lecutan atau daya ledak otot terhadap bola. Gerak Lanjut (follow Troungh), gerakan selanjutnya yang dilakukan oleh pitcher setelah bola dilepaskan yakni dengan melangkahkan kaki kanan kedepan kaki kiri, dan membiarkan lengan, pergelangan tangan mengikuti sisa gerakan setelah melepaskan bola, yang hal ini penting dilakukan untuk mendapatkan keseimbangan setelah melakukan pitching yang maksimal dan agar gerakan tidak menjadi kaku atau terputus.

2.1.2 Hakikat Teknik Lemparan Windmill Jumping

Belajar pitching dengan menggunakan windmill jumping mempunyai beberapa tahap yaitu sebagai berikut : Sikap Berdiri (stance), Sikap awalan ini kedua kaki harus menginjakkan kakinya pada pitcher’s plate dan tidak sejajar, badan menghadap ke pemukul, bahu kiri sejajar dengan base satu dan bahu kanan sejajar dengan base tiga. Sikap ini harus dioertahankan minimum selama 1 detik dan maksimal 10 detik hal ini sesuai dengan Official Rules of Softball yang diterjemahkan oleh Komisi Perwasitan PB PERBASASI. Langkah (stride), berbeda dengan windmill, pada gerakan ini peranan langkah kaki yang sejauh-jauhnya kedepan, jadi istilah jumping disini sebenarnya kaki belakang (kaki kiri) melangkah jauh kedepan yang diikuti dengan kaki tumpu yang ikut bergeser dan tidak disertai dengan lepasnya kaki tumpu dari permukaan tanah. Ini juga sesuai dengan Official Rules Of Softball. Peranan jumping ini sangatlah penting karena akan mempengaruhi terhadap kekuatan gerak sehingga akan menghasilkan ekstra momentum kedepan yang mempengaruhi juga gaya-gaya yang terdapat pada gerakan anguler lengan. Jadi ketika kaki belakang melangkah jauh kedepan, maka otot-otot yang bekerja adalah otot-otot daerah gelang panggul dan otot-otot tungkai, sendi lutut dan pergelangan kaki. Gerakan Lengan (arm action), Gerakan lengan hampir sama dengan teknik windmill, namun pada gerakan windmill jumping akan menambah lamanya kekuatan gerak yang akan menghasilkan momentum yang besar terhadap lemparan, maka semakin besar momentum semakin pula impuls yang dikeluarkan oleh gerak anguler tersebut. Jadi dalam gerakan ini terjadi pengerahan kekuatan yang sangat besar yang otomatis energi yang dikeluarkan juga akan lebih besar. Gerak Lanjut (follow through), gerakan ini bertujuan untuk mendapatkan keseimbangan setelah melakukan lemparan agar tidak terjadi gerakan yang terputus dan kaku serta harus siap kembali menerima bola apabila terjadi hasil pukulan balik dari lawan.

2.1.3 Perbedaan Windmill dengan Windmill Jumping

Hubungan dengan kecepatan

a. Kecepatan bagi seorang pitcher merupakan salah satu faktor penunjang untuk menghasilkan lemparan yang baik sehingga dapat menyulitkan pemukul dalam memukul bola. Kecepatan hasil lemparan adalah penentu berhasil tidaknya melempar bola ke bidang sasaran atau strike zone sehingga pemukul akan kesulitan dalam mengontrol bola yang dilemparkan oleh pitcher. Selanjutnya Imam Hidayat (1982:42) menyatakan kalau kita menghendaki kecepatan (V) yang sebesar-besarnya, maka jarak (S) harus sebesar-besarnya dan waktu (T) harus sekecil-kecilnya, sesuai dengan rumus :

V = S/T

Keterangan : S = Jarak; T = Waktu; V = Kecepatan.

Rumus diatas menyatakan :

Kecepatan berbanding lurus dengan jarak, artinya makin besar jarak, makin besar pula kecepatannya. Kecepatan berbanding terbalik dengan waktu, artinya makin besar waktu yang ditempuh, makin kecil pula kecepatannya. Makin kecil waktu makin besar pula kecepatannya.

Seperti halnya dalam gerak pitching, makin panjang awalan yang digunakan dan makin singkat pelaksanannya dari awalan tersebut maka makin cepat pula jalannya bola. Inilah perbedaannya antara pitching windmill dan windmill jumping. Didalam gerakan pitching windmill jumping panjang awalan adalah sangat menentukan dalam lamanya kekuatan gerak.

b. Untuk memperbesar kecepatan, harus memperbesar pula impuls yang dihasilkan dari kekuatan lecutan pergelangan tangan dan momentum sebagai hasil kekuatan terhadap bola. Imam Hidayat (1997:238) menyatakan bahwa momentum adalah besarnya gaya dorong dari suatu benda, atau bisa disebut juga kekuatan gerak. Begitu juga dalam gerakan pitching, momentum yang dihasilkannya adalah momentum kedepan jadi pada saat melakukan gerakan pitching dengan mngerahkan kekuatan, maka terjadilah kekuatan gerak (momentum) pada bola yang besarnya = massa x kecepatan bola (m x v). Momentum terhadap bola tidak hanya dihasilkan dari kekuatan gerak saja (K), makin lama kita mengerahkan kekuatan makin besar pula momentum yang dihasilkannya. Jadi besarnya K dan lamanya kekuatan gerak (t) menentukan besarnya momentum (K x t). Jadi sebetulnya K x t adalah yang menyebabkan, sedangkan m x v adalah akibat yang ditimbulkannya. Sebab akibat akan sama besar, (K x t = m x v). Dilihat dari gerakan pitcher, kalau lengan ayun lebih panjang sehingga pegerahan kekuatanya pun semakin lama sehingga impulsnya lebih besar. Impuls yang besar, otomatis momentum yang dihasilkannya juga besar.

Keterangan :

A. Gaya-gaya yang mempengaruhi gerakan Pitching Windmill Jumping

Kp : Gaya Sentripetal

Kf : Gaya Sentrifugal

X : Geseran/gesekan kaki menunjukkan s (jarak) atau delivery

K : Terjadinya pengerahan kekuatan gerak terhadap bola.

B. Gaya-gaya yang mempengaruhi Pitching Windmill

Kp : Gaya Sentripetal

Kf : Gaya Sentrifugal

A : Daerah lepasnya bola

G1, G2, G3 : Kemungkinan arah lemparan.

c. Perbedaan pembelajaran teknik lemparan windmill dengan windmill jumping. Berikut contoh gambarnya :

A S

I.

X O Y

Arah lemparan, jarak pitcher’s plate ke home 14,02 m

A’ S’

II.

X’ O’ Y’ Keterangan : A & A’ : delivery (sikap awal sampai lepasnya bola)

S & S’ : jarak tempah bola

Y & Y’ : target (home plate)

X-O & X’-Y’ : gerakan langkah yang dilakukan oleh pitcher.

Dengan memperhatikan gambar diatas, diketahui untuk menambah kecepatan bola itu bisa dihasilkan dengan cara memperpendek jarak tempuh bola tersebut. Pada gambar I delivery-nya kecil (A) yaitu XO, sehingga jarak tempuh bola sebesar S, sedangkan pada gambar II delivery-nya lebih besar (A’) yaitu X’O’, sehingga jarak tempuhnya lebih kecil (S’) dibanding (S).

Jadi untuk memperbesar kecepatan, seorang pitcher harus dapat melangkahkan kaki sejauh-jauhnya, dengan melangkah lebih jauh maka otomatis jarak tempuh bola akan semakin pendek, dengan catatan tenaga seorang pitcher it dianggap sama.

Hubungan dengan Ketepatan

Hampir seluruh cabang olahraga memerlukan faktor ketepatan untuk memperoleh kemenangan seperti basket, tennis, panahan dan sebagainya. Softball juga termasuk dalam cabang olahraga yang memerlukan ketepatan dalam melempar bola secara akurat tidak hanya seorang pitcher semua pemainnya pun harus mampu melemparkan bolanya secara tepat dan akurat. Berdasarkan hasil wawancara penulis dengan Imam Hidayat mengenai ketepatan dalam melempar adalah sebagai berikut : “Agar ketepatan melempar lebih baik maka perlu digunakan prinsip Flattening of the arch. Pada prinsip ini, ketepatan ditentukan oleh besarnya sebaran (divergensi). Bahu yang bergerak sedikit memiliki divergensi yang besar karena busurnya bergerak sedikit, sedangkan bahu yang bergerak banyak memiliki divergensi yang kecil karena busurnya begerak banyak. Untuk menghasilkan ketepatan yang baik, divergensi yang dimiliki oleh busur harus sekecil-kecilnya karena dengan divergensi yang kecil akan memudahkan pengonrolan bola. Busur yang dimaksud disini adalah geran lengan pitcher pada saat melemparkan bola ke bidang sasaran. Prinsip tersebut dapat dijelaskan sebagai berikut :

a. Kalau saat mengayun bahu tidak bergerak, maka divergensinya akan besar.

b. Kalau saat mengayun bahu bergerak sedikit, maka divergensinya akan berkurang besarnya.

c. Kalau saat mengayun bahu bergerak banyak, maka divergensinya akan lebih kecil dibandingkan dengan bahu yang bergerak sedikit.

Untuk lebih jelasnya mengenai prinsip Flattening of the arch perhatikan gambar berikut ini :

A B C

Jadi dari ketiga gambar divergensi diatas jelas bahwa untuk mempengaruhi ketepatan pada saat melempar sebaiknya bahu ikut bergerak (pada saat pengerahan kekuatan gerak), yang berfungsi agar memudahkan dalam pengontrolan bola terhadap ketepatan lemparan ke bidang sasaran.

2.1.4 Hakikat Kemampuan Motorik

Kemampuan adalah terjemahan dari kata ‘ability’ yang hampir sama dengan pengertian keterampilan, padahal dua kata ini mempunyai pengertian yang berbeda. Menurut Schmidt (1991) ability adalah sebagai berikut :

“an ability is usually though to be relatively stable characteristics or trait. These traits are usually though of as being either genetically determined or developed through the relatively automatics prosecces in growth and maturation, and they are not easily modifiable by practice or experience. Skill of course can easily can modified by pratice or experience. Thus, abilities are underlying capabilities that support certain skill.”

Dengan kata lain bahwa ability dengan skill dapat dibedakan sebagai berikut :

Ability

Skill

Relatif stabil

Mudah berubah/dibentuk

Merupakan bawaan (genetic)

Dipengaruhi oleh lingkungan (latihan/pengalaman)

Proses berkembang sesuai dengan pertumbuhan dan perkembangannya

Dikembangkan melalui latihan atau pengalaman

Tidak mudah dibentuk melalui latihan atau pengalaman

Source Pasang Kotak Komentar Facebook di blogger | Part 3 http://www.kumpulancara.com/2010/08/pasang-kotak-komentar-facebook-di.html#ixzz1B08ZnFqp kumpulancra source www.kumpulancara.com

Tidak ada komentar:

Posting Komentar